Tagarkini.com – Kondisi yang lenggang, nyaris tidak ada aktivitas berarti lagi beginilah kondisi saat ini Rumah Sakit Darurat COVID-19 Wisma Atlet pada Jumat, 22 Desember 2022.
Hanya ada beberapa petugas jaga dari unsur TNI dan relawan yang masih melakukan aktifitasnya.
“Itu pun sudah jauh lebih santai dari sebelumnya. Pasiennya tinggal empat,” kata Walisa, seorang ahli gizi di RSDC Wisma Atlet, dilansir dari detikX saat diwawancarai pekan lalu.
“Kondisi saat ini sudah berlangsung dalam sebulan terakhir. Penambahan pasien per hari bisa dihitung hanya dengan jari. Berbeda jauh dengan kondisi 9-12 bulan sebelumnya, dimana hampir setiap menit selalu ada pasien baru yang ribuan jumlahnya setiap hari. Kita tenaga kesehatan kayak nggak ada istirahatnya,” jelas Walisa.
Wisma Atlet bakal ditutup pada 31 Desember mendatang. Keputusan ini tertuang resmi dalam surat Badan Nasional Penanggulangan Bencana bernomor B-404. NKA BNPBPD. 01. 02112022 kepada Kementerian Kesehatan.
“Dua tower, yakni Tower 4 dan 7, sudah tutup lebih dulu pada Maret silam. Nanti, giliran Tower 5 yang menyusul. Disisakan satu tower, yaitu Tower 6, untuk berjaga-jaga jika terjadi lonjakan kasus COVID-19. Selanjutnya untuk alat-alat kesehatan yang sudah tidak digunakan akan dihibahkan ke Kementerian Kesehatan dan TNI-Polri. Sementara bangunan Wisma Atlet akan dikembalikan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Pertimbangan ini diambil mengingat situasi COVID-19 yang sudah terkendali dan alasan efisiensi. Sekarang semuanya dikendurkan. Tapi bukan berarti seperti Satgas, seperti fasilitas-fasilitas kesehatan utama juga berhenti,” jelas Suharyanto selaku Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI.
Penambahan kasus COVID-19 di Indonesia akhir-akhir ini memang terbilang landai. Juru bicara Satgas Penanganan COVID-19 yakni Wiku Adisasmito mengatakan tren pertumbuhan kasus positif COVID-19 mulai menunjukkan tren penurunan dalam empat pekan terakhir.
Penambahan kasus dari sebelumnya mencapai sekitar 20-60 ribu per pekan atau 8.000 per hari menjadi hanya 10 ribu kasus per pekan atau 1. 400 kasus per hari.
Secara teori, kata Wiku, boleh dikatakan hawar COVID-19 di Indonesia saat ini sudah memasuki status endemi. Sebab, penambahan kasus positif COVID-19 di Indonesia sudah terkendali cukup lama, yakni sejak bulan Maret 2022.
“Namun status ini belum bisa dinyatakan secara terbuka karena masih menunggu keputusan dari World Health Organization WHO dan kondisi dari negara-negara lain. Jika dilihat secara global sudah terkendali, karena sudah banyak negara endemi, maka pandeminya akan dicabut. Tapi untuk saat ini belum, meskipun Indonesia kasusnya sudah terkendali seperti endemi,” ungkap Wiku.
Terkendalinya COVID-19 ini tidak hanya dilihat dari RSDC Wisma Atlet, tapi juga dilihat dari data Rumah Sakit rujukan pasien COVID-19 yang lain.
Seperti halnya pada Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, Pulogadung, Jakarta Timur. Dalam sebulan terakhir, hampir tidak ada lagi pasien COVID-19 yang dirujuk ke rumah sakit tersebut. Dimana rumah sakit ini saat terjadi pelonjakan COVID-19 selalu menjadi rujukan pasien-pasien dengan gejala berat.
Erlina Burhan yang merupakan Dokter spesialis paru RSUP Persahabatan menjelaskan bahwa untuk semua pasien COVID-19 yang berada di RSUP Persahabatan saat ini merupakan pasien yang memang rutin berobat, mereka umumnya adalah pasien yang mempunyai penyakit penyerta lain.
“Jumlahnya tidak sampai 10 orang. Sebagian gejala berat. Sebagian pasien kita yang mau operasi, pas kita screening, hasilnya positif, nah, dipindah ke ruang isolasi. Komorbid semua,” jelas Erlina.
Dengan semakin terkendalinya situasi COVID-19, pemerintah pun berencana untuk menghentikan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM). Presiden Joko Widodo mengatakan untuk saat ini pemerintah masih menunggu hasil kajian dari Kemenkes dan Satgas COVID-19 dalam menetapkan pencabutan PPKM. Jadi hal ini juga tergantung dari hasil kajian Kemenkes serta Satgas COVID-19.