Tagarkini.com – Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Apabila Allah menghendaki hamba-Nya mendapatkan kebaikan maka Allah segerakan baginya hukuman di dunia. Dan apabila Allah menghendaki keburukan untuknya maka Allah akan menahan hukumannya sampai akan disempurnakan balasannya kelak di hari kiamat.” (HR. Tirmidzi, hadits hasan gharib, as-Shahihah [1220])
Di dalam hadits yang agung ini Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam memberitakan bahwa ada kalanya Allah Ta’ala memberikan musibah kepada hambaNya yang beriman dalam rangka membersihkan dirinya dari dosa yang pernah dilakukannya selama hidup. Hal itu supaya nantinya ketika dia berjumpa dengan Allah di akhirat maka beban yang dibawanya semakin bertambah ringan.
Ibnu ‘Atha’ berkata, “Sabar adalah menyikapi musibah dengan adab atau cara yang baik.” (Al-Minhaj Syarh Shahih Muslim [3/7]). Abu Ali Ad- Daqqaq berkata, “Hakekat dari sabar, yaitu tidak memprotes sesuatu yang sudah ditetapkan dalam taqdir. Adapun menampakkan musibah yang menimpa selama bukan untuk berkeluh-kesah -kepada makhluk- maka hal itu tidak meniadakan kesabaran.” (al-Minhaj Syarh Shahih Muslim [3/7])
Macam-Macam Sabar
Al-Hafizh Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata, “Sabar yang dipuji ada beberapa macam: [1] sabar di atas ketaatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. [2] demikian pula sabar dalam menjauhi kemaksiatan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. [3] kemudian sabar dalam menanggung takdir yang terasa menyakitkan. Sabar dalam menjalankan ketaatan dan sabar dalam menjauhi perkara yang diharamkan itu lebih utama daripada sabar dalam menghadapi takdir yang terasa menyakitkan. (Jami’ al-Ulum wa al-Hikam, hal, 279)
Al-Hafizh Ibnu Hajar rahimahullah berkata, “Sesungguhnya Allah memiliki hak untuk diibadahi oleh hamba di saat tertimpa musibah, sebagaimana ketika dia mendapatkan kenikmatan. Beliau juga mengatakan, “Maka sabar adalah kewajiban yang selalu melekat kepadanya, dia tidak boleh keluar darinya untuk selama- lamanya. Sabar merupakan penyebab untuk meraih segala kesempurnaan.” (Fath al-Bari [11/344]).
Semua cobaan yang diberikan Allah kepada hambanya itu tidak asal-asalan diberikan , namun pasti ada hikmah dibalik semua yang diberikan tergantung bagaimana kita menanggapinya. Cobaan tidak selamanya hal yang dirasa menyusahkan tapi cobaan bisa juga berupa hal yang dirasa enak. Diantara hikmah dari kesabaran antara lain:
- Sabar dan Kebahagiaan Hidup
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya). “Demi masa, sesungguhnya seluruh manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman, beramal salih, saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr <103>:1-3)
Umar bin Khatthab radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Kami berhasil memperoleh penghidupan terbaik kami dengan jalan kesabaran.” (HR. Bukhari)
- Sabar Penopang Keimanan
Dari Shuhaib radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam bersabda, “Sungguh menakjubkan urusan seorang mu’min. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik untuknya. Dan hal itu tidak ada kecuali pada diri seorang mu’min. Apabila dia mendapatkan kesenangan maka dia pun bersyukur maka hal itu adalah kebaikan untuknya. Apabila dia tertimpa kesulitan maka dia pun bersabar maka hal itu juga sebuah kebaikan untuknya (HR. Muslim [2999] Bhat al-Minhaj Syarh Shahih Muslim (9/241))
Ibnu Mas’ud rodhiyallahu anhu mengatakan, “Sabar adalah separuh keimanan” (HR. Abu Nu’aim dalam Al- Hilyah dan Al-Baihaqi dalam Az-Zuhd, lihat Fath al-Bari [1/62) dan [11/342])
Diriwayatkan bahwa Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Sabar bagi keimanan laksana kepala dalam tubuh. Apabila kesabaran telah lenyap maka lenyap pulalah keimanan.” (HR. Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannafnya [31079] dan Al- Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman [40])
- Sabar Membawa Hidayah
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya). “Tidaklah menimpa suatu musibah kecuali dengan izin Allah. Barangsiapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan berikan petunjuk ke dalam hatinya. Dan Allah Maha mengetahui segala sesuatu.” (QS. At-Taghabun <64>:11)
Ibnu Katsir menukil keterangan Al-A’masy dari Abu Dhabyan. Abu Dhabyan berkata. “Dahulu kami duduk-duduk bersama Alqamah, ketika dia membaca ayat ini ‘Barangsiapa yang beriman kepada Allah maka Allah akan menunjuki hatinya’ dan beliau ditanya tentang maknanya. Maka beliau menjawab, ‘Orang yang dimaksud dalam ayat ini adalah seseorang yang tertimpa musibah dan mengetahui bahwasanya musibah itu berasal dari sisi Allah maka dia pun merasa ridha dan pasrah kepadaNya.” Atsar ini diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Abi Hatim di dalam tafsir mereka Sa’id bin Jubair dan Muqatil bin Hayyan ketika menafsirkan ayat itu. “Yaitu -Allah akan menunjuki hatinya- sehingga mampu mengucapkan istirja’, yaitu inna lillahi wa inna ilaihi raji’un.” (Tafsir Al-Qur’an Al-Azhim)